Kamis, 16 Agustus 2012

Babad Linux di Indonesia


Siapa yang pertama kali membawa Linux ke Indonesia ? Belum jelas siapa yang membawa Linux ke Indonesia, Rahmat M. Samik Ibrahim (RMS) didalam tulisannya di  Koran Tempo, 12 September 2003, berjudul Hikayat Perintisan Linux di Indonesia: Catatan RMS, yang pertama kali mengumumkan secara publik (melalui milis pau-mikro) ialah Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas, USA, yang secara akrab dipanggil Bung Yono. Ketika 1992, bung Yono berkunjung ke Indonesia membawa distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa keping disket. Kernel Linux pada distro tersebut masih revisi 0.9X (alpha testing), dengan kemampuan dukungan jaringan yang sangat terbatas. Pada awal tahun 1990-an, kisaran harga sebuah ethernet board ialah USD 500; padahal dengan kinerja yang jauh dibawah board yang sekarang biasa berharga USD 5.-. Dengan harga semahal itu, dapat dimaklumi, jika masih jarang ada pengembang LINUX yang berkesempatan untuk mengembangkan driver ethernet.

Sebelumnya (mengutip tulisan RMS), pada 1983, di Universitas Indonesia terdapat  Sistem berbasis UNIX pertama dengan komputer "Dual 83/20" dengan sistem operasi UNIX versi 7, memori 1 Mbyte, serta disk (8") dengan kapasitas 20 Mbytes. Sistem tersebut tentunya sangat "terbatas" dibandingkan komputer zaman sekarang. Namun, penelitian dengan memanfaatkan komputer tersebut, menghasilkan puluhan sarjana S1 UI. Tema penelitian S1 pada saat tersebut berkisar dalam bidang jaringan komputer, seperti pengembangan email (PESAN), alih berkas (MIKAS), porting UUCP, X.25, LAN ethernet, network printer server, dan lainnya. Komputer "Dual 83/20" ini, kemudian lebih dikenal dengan nama "INDOGTW" (Indonesian Gateway), karena pada akhir tahun 1980-an digunakan "dedicated email" server ke luar negeri. Sistem INDOGTW ini beroperasi non-stop 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Sistem ini kemudian digantikan oleh komputer baru "INDOVAX", yaitu DEC VAX-11/750 dengan sistem unix 4.X BSD dengan memori 2 Mbytes, serta disk 300 Mbytes.  Sistem ini pun kembali menghasilkan puluhan sarjana S1 UI untuk berbagai penelitian seperti rancangan VLSI, X.400, dan sejenisnya.

Kehadiran prosesor Intel 80286 (lalu 80386) telah mendorong pengembangan sistem operasi dengan nama "XENIX". Harga sistem yang relatif murah, berakibat kenaikan populasi sistem Unix yang cukup signifikan di Indonesia. Aplikasi yang populer untuk sistem ini ialah sistem basis data Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Sebagai penunjang mata kuliah Sistem Operasi, telah hadir MINIX (Mini Unix) yang bahkan dapat dijalankan pada PC biasa tanpa HardDisk! Namun, MINIX memiliki dua keterbatasan bawaan. Pertama, dititik-beratkan agar mudah dipelajari untuk keperluan pendidikan. Akibatnya, dengan sengaja tidak dibuat canggih dan rumit. Kedua, (pada awalnya) MINIX harus dibeli dengan harga lebih dari USD 100 per paket. Harga ini tidak dapat dikatakan murah bahkan untuk ukuran kantong mahasiswa di luar negeri. Namun, MINIX telah digunakan di Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia FUSILKOM UI, FakUltas ILmu KOMputer UI) sebagai bagian dari kuliah sistem operasi menjelang akhir tahun 1990an.
Besar kemungkinan, siapa pun pengguna MINIX saat itu, pernah memiliki angan-angan untuk merancang sebuah kernel "idaman" pengganti MINIX yang dapat -- "dioprek", "dipercanggih", dan "didistribusikan" -- secara bebas. Tidak heran, Linus B. Torvalds mendapat sambutan hangat ketika tahun 1991 mengumumkan kehadiran sebuah kernel "idaman" melalui buletin USENET News "comp.os.minix". Kernel ini kemudian lebih dikenal dengan nama Linux. Namun, Linux tidak langsung mendapatkan perhatian di UI.

Kernel Linux 1.0 keluar pada tahun 1994. Salah satu distro yang masuk ke Indonesia pada tahun tersebut ialah Slackware (kernel 1.0.8). Distro tersebut cukup lengkap dan stabil sehingga merangsang tumbuhnya sebuah komunitas GNU/ Linux di lingkungan Universitas Indonesia. Slackware menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu itu merupakan satu-satunya distribusi yang ada :-). Banyak hal-hal baru yang "dioprek"/ "setup". Umpama: yang pertama kali men-setup X11R4 Linux di UI ialah Ivan S. Chandra (1994). Pada umumnya, PC menggunakan prosesor 386 dan 486, dengan memori antara 4-8 Mbytes, dan hardisk 40 - 100 Mbyte. Biasanya hardisk tersebut dibuat "dual boot", yaitu dapat dalam mode DOS atau pun Linux.

Tahun 1994 merupakan tahun penuh berkah. Tiga penyelenggara Internet sekali gus mulai beroperasi: IPTEKnet, INDOnet, dan RADnet. Pada tahun berikutnya (1995), telah tercatat beberapa institusi/ organisasi mulai mengoperasikan GNU/Linux sebagai "production system", seperti BPPT (mimo.bppt.go.id), IndoInternet (kakitiga.indo.net.id), Sustainable Development Network (www.sdn.or.id dan sangam.sdn.or.id), dan Universitas Indonesia (haur.cs.ui.ac.id). Umpamanya, Sustainable Development Network Indonesia (sekarang diubah menjadi Sustainable Debian Network) menggunakan distribusi Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin 486 33Mhz, 16 Mbyte RAM, 1 Gbyte disk. Namun sekarang, situs tersebut numpang webhost di IndoInternet.

Kehadiran internet di Indonesia merangsang tumbuhnya sebuah industri baru, yang dimotori oleh para enterpreneur muda. Mengingat GNU/ Linux merupakan salah satu pendukung dari Industri baru tersebut, tidak dapat disangkal bahwa ini merupakan faktor yang cukup menentukan perkembangan GNU/Linux di Indonesia. Selama perioda 1995-1997, GNU/Linux secara perlahan mulai menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Bahkan krismon 1997 pun tidak dapat menghentikan penyebaran ini.

Ug-indonesia@yahoogroups.com mulai beroperasi 12 April 2003 merupakan mailing list pengguna Java terbesar di Indoneisa yang pada pertengahan 2006 mempunyai anggota 1984 orang. Di mailing list JUGIndonesia komunitas banyak mendiskusikan Java dan mempopulerkan Java, baik itu yang commercial seperti Websphere, Weblogic maupun yang Open Source, seperti JBoss, Tomcat, Struts, Hibernate.

Pada tanggal 30 Juni 2004 dideklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software yang ditandatangani oleh : Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan Nasional.
IGOS adalah gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah, oleh 5 kementerian, yang merupakan sebuah ajakan untuk mengadopsi Open Source dilingkungan pemerintah. Walaupun gerakan ini lambat, tetapi tetap berjalan.

Pada tanggal 2 Agustus 2008, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi baik dari sisi perangkat, infrastruktur hingga konten, serta mempromosikan penggunaan dan pemanfaatan Open Source Software (OSS) sebagai perangkat lunak legal yang mudah, Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Departemen Komunikasi dan Informatika berinisiasi untuk memobilisasi komunitas open source di Indonesia untuk mencatatkan pada Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) melalui kegiatan MURI untuk Free Open Source Software (FOSS) Indonesia. Kegiatan ini melibatkan komponen open source di Indonesia yang melibatkan instansi pemerintah, bisnis, akademis dan komunitas, yaitu Yayasan ODC (One Destination Center), Biskom, Jakarta City Center (JaCC), UFOAkses, BlogDetik, BlankOn, PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Sun Microsystems, ICTWatch, ICT Center, Yayasan Air Putih, Ubuntu Indonesia, InfoLinux, Yayasan Penggerak Linux Indonesia, Anote, Axioo, Byon, ION, Zyrex, XL dan stakeholder terkait lainnya. MURI untuk FOSS Indonesia ini akan mencatatkan pada Museum Rekor-Dunia Indonesia dalam 4 nominasi yaitu:
- Instalasi OSS secara massal pertama di Indonesia;
- Menjalankan Aplikasi OpenOffice secara massal pertama di Indonesia;
- Hotspot dengan akses SSID terbanyak dalam satu waktu secara bersamaan; dan
- Konten blog terbanyak dalam waktu 3 jam.

Pada tanggal 28 Oktober 2008 telah di serahkan buku pelajaran komputer (TIK) open source untuk SMA/MA dari Kusmayanto Kadiman (MENRISTEK) kepada Bambang Sudibyo (MENDIKNAS).
Buku ini akan menjadi bagian dari Buku Sekolah Elektronik (BSE) dari DIKNAS & dapat di ambil secara bebas oleh seluruh bangsa Indonesia melalui Internet.

Pada bulan Juli 2009, Source Forge Indonesia mulai beroperasi atas budi baik rekan-rekan Divisi Multimedia Telkom dan Kantor Menteri Negara Riset & Teknologi dengan di install / di program oleh Anton Raharja cs. Mesin ini dapat digunakan secara bebas oleh Software Developer open source di Indonesia untuk hosting .Kemudian Desember 2009, Distro SMEOnffLine di release di Source Forge TelkomSpeedy.

Demikian sekilas perkembangan sistem Linux di Indonesia, dimana sebelum 1997, issuenya mungkin "Apa itu Linux?." Dewasa ini, yang terjadi malah sebaliknya: "Anda belum kenal Linux?".

Sumber :
- Opensource.telkomspeedy.com-Wiki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar